Karya: Sri Noor Cholidah
Keberhasilan sektor pertanian tidak terlepas dari kesuksesan negara dalam melakukan pengembangan industry perbenihan sehingga dikenal dengan istilah blue print of agribusiness. Jika kualitas benih baik maka hasil panen pun akan baik. Kualitas dan kuantitas hasil panen dapat diprediksi dengan melihat kualitas benih yang digunakan sejak awal. Benih juga menentukan sifat tanaman yang berproduksi : tanaman nantinya berbuah unggul atau tidak (Agromedia, 2001). Urgensi penggunaan benih dalam usaha pertanian tidak diragukan lagi. Tidak pelak lagi negara yang industri perbenihannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).
Perubahan iklim berpengaruh terhadap permintaan benih di Indonesia. Pemerintah memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar 10% daerah akan mengalami puso atau gagal panen. Ini artinya pemerintah harus menyediakan benih sebanyak 30.000 ton/tahun untuk meng-cover kebutuhan benih dari para petani yang mengalami puso tersebut. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah membuat Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dengan menunjuk 2 (dua) BUMN bidang perbenihan, yakni PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani sebagai pelaksana program tersebut.
Dibutuhkannya 514.000 ton benih tanaman pangan untuk mendukung swasembada pangan hingga tahun 2014, merupakan tantangan bagi pemerintah dalam menggalakkan sektor industri perbenihan. (Ma’mur Hasanuddin,2011). Fokus kerja pemerintah hanya diberikan untuk hal-hal yang bersifat sementara saja seperti subsidi pupuk, subsisi benih dan lain-lain. Focus kerja yang diimplementasikan melalui kebijakan-kebijakan di lapangan ini tidak menjadi solusi utama untuk mendukung swasembada pangan. Hal-hal tersebut sifatnya hanya parsial dan tidak memberikan dampak yang signifikan. Benih yang dibutuhkan oleh petani didatangkan dari luar negri, dengan kata lain impor menjadi solusi utama yang dilakukan pemerintah dalam dal memenuhi permintaan dalam negri yang terus meningkat.
Dibutuhkan pemanfaatan teknologi lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan benih di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat. Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan industry perbenihan harus memenuhi enam tepat kebutuhan benih yaitu tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat varietas, tepat lokasi serta tepat waktu. Untuk membangun industri perbenihan yang demikian, diperlukan suatu rencana strategis pengembangan industri perbenihan nasional. Kerjasama dengan pihak perguruan tinggi, balai-balai penelitian serta perusahaan yang bergerak dalam perbenihan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan berkembangnya teknologi nuklir yang digunakan untuk mengembangkan benih melalui BATAN optimisme akan kemajuan industry perbenihan di Indonesia pun terjadi. Untuk memenuhi ketahanan pangan diperlukan pengembangan penelitian teknologi nuklir khususnya di bidang pertanian untuk memenuhi swasembada pangan.
Impor Benih?
Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga sangat membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup. Ketersediaan pangan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan benih di Indonesia. Pemanfaatan teknologi nuklir berpotensi untuk menciptakan varietas baru yang lebih unggul ,umur genjah, tahan hama atau penyakit, dan toleran cekaman abiotik.
Menurut Crowder (1986), mineral radioaktif dan sinar kosmik merupakan sumber dari mutasi alami. Welsh (1991), menyatakan mutan hasil dari mutasi alami bersifat resesif jika dibandingkan dengan alela liar yang terdapat dalam populasi. Mutasi yang terjadi secara terus-menerus di alam, akan mengakibatkan terjadinya evolusi.
Mutasi alami yang berjalan sangat lambat ini menyulitkan pemulia dalam memperoleh keragaman, oleh karena itu dilakukan mutasi secara buatan. Mutasi secara buatan atau mutasi induksi dengan menggunakan mutagen yang bersifat sebagai radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari reaksi nuklir. Mutasi secara buatan diinduksi dengan menggunakan bahan mutagen tertentu yang akan mempermudah para pemulia tanaman dalam memperoleh sumber keragaman.( Mega Wegadara,2008 )
Mengurangi impor benih dengan memperbanyak kuantitas produksi benih dalam negri melalui tenologi nuklir bisa menjadi salah satu solusi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Akan ada kedaulatan semu pada kedaulatan pangan meski swasembada pangan sudah tercapai, namun benih penghasil pangan masih belum mandiri. (Ma’mur menambahkan, 2011). Menawarkan sejumlah hasil penelitiannya, Batan seperti mendapat tempat di provinsi sebelah timur Bali. Di antaranya melalui panen raya padi varietas Bestari seluas 23 hektare di Desa Jempong Baru, Sekarbela, Kota Mataram. Dalam kegiatan tersebut terungkap kenaikan produktivitas padi secara signifikan di kawasan itu. Rata-rata produksi 7,5 ton per hektare gabah kering panen tercapai guna memperbarui pencapaian tahun 2010 yang nilainyadibawah5ton.
Perubahan iklim yang terjadi akhir-ahir ini memunculkan lahan kering yang baru di Indonesia. Lahan kering adalah lahan yang kondisi fisik, kimia, dan biologinya kurang mendukung untuk budidaya tanaman, terutama tanaman pangan. Menurut Guritno et al. (1997), ciri utama lahan kering adalah terbatasnya air, semakin menurunnya produktivitas lahan, tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam serta aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan Dudung (1991) menyatakan bahwa keadaan lahan kering umumnya adalah lahan tadah hujan yang lebih peka terhadap erosi, di mana adopsi teknologi maju masih rendah, ketersediaan modal sangat terbatas dan infrastruktur tidak sebaik di daerah sawah. Untuk mengatasi adanya lahan kering ini adalah menanami lahan dengan menggunakan tanaman yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dan memiliki nilai jual yang tinggi. Pemanfaatan teknologi nuklir bisa memfasilitasi untuk menciptakan varietas seperti yang dibutuhkan.
Batan mengeluarkan varietas baru padi bibit unggul yang dikembangkan melalui teknologi isotop dan radiasi nuklir. Inovasi ini dimaksudkan untuk memperbarui ketahanan padi terhadap hama. Ini menjadi poin kelebihan dari pengembangan padi dengan menggunakan radiasi nuklir disamping kelebihannya yaitu jaminan kualitas yang aman dari varietas benih hasil radiasi nuklir untu dikonsumsi oleh masyarakat karna telah melalui serangkaian riset dan mendapatkan sertifikasi
Petani dan Batan
Disamping kelebihan pengembangan benih dengan teknologi nuklir terdapat juga beberapa kekurangan yang terjadi di negara ini. Deputi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Martua Sinaga mengatakan, saat ini inovasi nuklir di bidang pangan masih menghadapi tantangan berat karena belum diterima masyarakat. Petani kerap enggan menanam bibit unggul hasil penelitian Batan. Belum diterima dimasyarakat juga dikarenakan belum tersosialisasikannya secara maksimal bahwa hasil varietas benih dari BATAN aman untuk digunakan. Selain itu berkembang stigma di masyarakat bahwa nulir adalah sesuatu yang menyeramkan dan membahayakan padahal nuklir juga menyimpan sejuta manfaat jika digunakan tepat pada fungsinya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa respon pasar belum sepenuhnya positif terhadap penggunaan teknologi nuklir untuk sektor pertanian.
Strategi dimulai dengan pemuliaan tanaman merakit varietas unggul baru seuai dengan pengguna/ petani dengan menggunaan enam prisip tepat. Pengembangan yang dilakukan secara integral melalui optimalisasi optimalisasi Sistem Perbenihan yang telah dibangun, yang meliputi Subsistem Penelitian, Pemuliaan dan Pelepasan Varietas; Subsistem Produksi dan Distribusi Benih; Subsistem Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih; serta Subsistem Penunjang (Kelembagaan, SDM dan Sarana Prasarana).
Dalam pelaksanaan pembangunan perbenihan, pada setiap subsistem tersebut melibatkan banyak institusi yang terkait yaitu pemerintah (Puslitbangtan, BATAN, Perguruan Tinggi, Direktorat Perbenihan, Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota, Balai Benih, BPSB TPH), dan stakeholder perbenihan yaitu produsen/penangkar benih, BUMN (PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri), serta penyalur/pedagang benih dan petani pengguna benih. Peranan dari masing-masing kelembagaan perbenihan tersebut pada setiap subsistem perbenihan sangat menentukan keberhasilan pembangunan perbenihan, khususnya pada subsektor tanaman pangan.
Memasok benih dengan menggunakan teknologi nuklir ke perusahaan adalah salah satu strategi agar benih tersebut bisa diterima oleh masyarakat. Masyarakat dalam hal ini petani lebih percaya membeli dari perusahaan yang sudah dikenal dan dipercayai sebelumnya seperti PT Hyang Seri, PT East West Seed dan lain lain. Selain itu BATAN pun harus menjaga hubungan baik dengan para kelompok tani. Yang menggunakan hasil penelitian dan merasakan manfaatnya adalah petani maka pendekatan dengan kelompok tani adalah hal yang bisa dilakukan agar dapat diterima oleh masyarakat. Mengedepankan kebutuhan petani adalah focus hal terpenting , jika industry perbenihan maju maka petani akan maju begitu juga dengan kebutuhan pangan masyarakat yang terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar