Minggu, 05 Februari 2012

Teknologi Nuklir Mengibarkan Kedaulatan Benih


                                                               Karya: Sri  Noor  Cholidah

            Keberhasilan  sektor  pertanian  tidak  terlepas  dari  kesuksesan  negara  dalam  melakukan  pengembangan  industry  perbenihan  sehingga  dikenal  dengan  istilah  blue  print  of  agribusiness.    Jika  kualitas  benih  baik   maka  hasil  panen  pun  akan  baik.  Kualitas  dan  kuantitas  hasil  panen  dapat  diprediksi  dengan  melihat  kualitas  benih  yang  digunakan  sejak  awal.  Benih juga menentukan sifat tanaman yang berproduksi : tanaman nantinya berbuah unggul atau tidak (Agromedia, 2001). Urgensi  penggunaan  benih  dalam  usaha  pertanian  tidak  diragukan  lagi.  Tidak pelak lagi negara yang industri perbenihannya maju dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan penguasaan teknologi pemuliaan serta pengawasan mutu benih dan bibit yang baik (Setiawan, 1999).   
            Perubahan  iklim  berpengaruh  terhadap  permintaan  benih  di  Indonesia.  Pemerintah memperkirakan bahwa setiap tahunnya  sekitar 10% daerah akan  mengalami puso atau gagal panen. Ini artinya pemerintah harus menyediakan benih sebanyak 30.000 ton/tahun untuk meng-cover kebutuhan benih dari para petani yang mengalami puso tersebut. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah membuat Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dengan menunjuk 2 (dua) BUMN bidang perbenihan, yakni PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani sebagai pelaksana program tersebut.
            Dibutuhkannya 514.000 ton benih tanaman pangan untuk mendukung swasembada pangan hingga tahun 2014, merupakan tantangan bagi pemerintah dalam menggalakkan sektor industri perbenihan.  (Ma’mur Hasanuddin,2011). Fokus  kerja  pemerintah  hanya  diberikan  untuk  hal-hal  yang  bersifat  sementara  saja  seperti  subsidi  pupuk,  subsisi  benih  dan  lain-lain.  Focus  kerja  yang  diimplementasikan  melalui  kebijakan-kebijakan  di  lapangan  ini  tidak  menjadi  solusi  utama  untuk  mendukung  swasembada  pangan.  Hal-hal  tersebut  sifatnya  hanya  parsial  dan  tidak  memberikan  dampak  yang  signifikan. Benih  yang  dibutuhkan  oleh  petani  didatangkan  dari  luar  negri,  dengan  kata  lain  impor  menjadi  solusi  utama  yang  dilakukan  pemerintah  dalam  dal  memenuhi  permintaan  dalam  negri  yang  terus  meningkat.
            Dibutuhkan  pemanfaatan  teknologi  lebih  untuk  dapat  memenuhi  kebutuhan  benih  di  Indonesia  yang  jumlahnya  terus  meningkat. Teknologi  yang  digunakan  untuk  mengembangkan  industry  perbenihan  harus  memenuhi  enam  tepat  kebutuhan  benih  yaitu  tepat  mutu,  tepat  jumlah,  tepat  waktu,  tepat  varietas,  tepat  lokasi  serta  tepat  waktu.  Untuk membangun industri perbenihan yang demikian, diperlukan suatu rencana strategis pengembangan industri perbenihan nasional. Kerjasama  dengan  pihak  perguruan  tinggi,  balai-balai  penelitian  serta  perusahaan  yang  bergerak  dalam  perbenihan  menjadi  satu  kesatuan  yang  tidak  dapat  dipisahkan.  Dengan  berkembangnya  teknologi  nuklir  yang  digunakan  untuk  mengembangkan  benih  melalui  BATAN  optimisme  akan  kemajuan  industry  perbenihan  di  Indonesia  pun  terjadi.  Untuk memenuhi ketahanan pangan diperlukan pengembangan penelitian teknologi nuklir khususnya di bidang pertanian untuk memenuhi swasembada pangan.
Impor Benih?
Pertumbuhan penduduk yang tinggi juga sangat membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup.  Ketersediaan  pangan  sangat  erat  kaitannya  dengan  ketersediaan  benih  di  Indonesia.  Pemanfaatan  teknologi  nuklir  berpotensi  untuk  menciptakan varietas baru yang lebih unggul  ,umur genjah, tahan hama atau penyakit, dan toleran cekaman abiotik. 
Menurut Crowder (1986), mineral radioaktif dan sinar kosmik merupakan sumber dari mutasi alami. Welsh (1991), menyatakan mutan hasil dari mutasi alami bersifat resesif jika dibandingkan dengan alela liar yang terdapat dalam populasi. Mutasi yang terjadi secara terus-menerus di alam, akan mengakibatkan terjadinya evolusi.
Mutasi alami yang berjalan sangat lambat ini menyulitkan pemulia dalam memperoleh keragaman, oleh karena itu dilakukan mutasi secara buatan. Mutasi secara buatan atau mutasi induksi dengan menggunakan mutagen yang bersifat sebagai radioaktif dan memiliki energi tinggi yang berasal dari reaksi nuklir. Mutasi secara buatan diinduksi dengan menggunakan bahan mutagen tertentu yang akan mempermudah para pemulia tanaman dalam memperoleh sumber keragaman.(  Mega  Wegadara,2008  )
Mengurangi  impor  benih  dengan  memperbanyak  kuantitas  produksi  benih  dalam  negri  melalui  tenologi  nuklir  bisa   menjadi  salah  satu  solusi  yang  diterapkan  oleh  pemerintah  Indonesia.  Akan ada kedaulatan semu pada kedaulatan pangan meski swasembada pangan sudah tercapai, namun benih penghasil pangan masih belum mandiri.  (Ma’mur menambahkan,  2011).  Menawarkan sejumlah hasil penelitiannya, Batan seperti mendapat tempat di provinsi sebelah timur Bali. Di antaranya melalui panen raya padi varietas Bestari seluas 23 hektare di Desa Jempong Baru, Sekarbela, Kota Mataram.   Dalam kegiatan tersebut terungkap kenaikan produktivitas padi secara signifikan di kawasan itu. Rata-rata produksi 7,5 ton per hektare gabah kering panen tercapai guna memperbarui pencapaian tahun 2010 yang nilainyadibawah5ton.
Perubahan  iklim  yang terjadi  akhir-ahir  ini  memunculkan  lahan  kering  yang  baru  di  Indonesia.  Lahan kering adalah lahan yang kondisi fisik, kimia, dan biologinya kurang mendukung untuk budidaya tanaman, terutama tanaman pangan. Menurut Guritno et al. (1997), ciri utama lahan kering adalah terbatasnya air, semakin menurunnya produktivitas lahan, tingginya variabilitas kesuburan tanah dan macam spesies tanaman yang ditanam serta aspek sosial, ekonomi dan budaya. Sedangkan Dudung (1991) menyatakan bahwa keadaan lahan kering umumnya adalah lahan tadah hujan yang lebih peka terhadap erosi, di mana adopsi teknologi maju masih rendah, ketersediaan modal sangat terbatas dan infrastruktur tidak sebaik di daerah sawah.  Untuk  mengatasi  adanya  lahan  kering  ini  adalah  menanami  lahan  dengan  menggunakan  tanaman  yang  memiliki  tingkat  adaptasi  yang  tinggi  dan  memiliki  nilai  jual  yang  tinggi.  Pemanfaatan  teknologi  nuklir  bisa  memfasilitasi  untuk  menciptakan  varietas  seperti  yang  dibutuhkan.   
Batan  mengeluarkan  varietas baru padi bibit unggul yang dikembangkan melalui teknologi isotop dan radiasi nuklir. Inovasi ini dimaksudkan untuk memperbarui ketahanan padi terhadap hama.  Ini  menjadi  poin  kelebihan  dari  pengembangan  padi  dengan  menggunakan  radiasi  nuklir  disamping  kelebihannya  yaitu  jaminan  kualitas  yang  aman  dari  varietas  benih  hasil  radiasi  nuklir  untu  dikonsumsi  oleh  masyarakat  karna  telah  melalui  serangkaian  riset  dan  mendapatkan  sertifikasi
Petani dan Batan
Disamping  kelebihan  pengembangan  benih  dengan  teknologi  nuklir  terdapat  juga  beberapa  kekurangan  yang  terjadi  di  negara  ini.  Deputi Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Martua Sinaga mengatakan, saat ini inovasi nuklir di bidang pangan masih menghadapi tantangan berat karena belum diterima masyarakat. Petani kerap enggan menanam bibit unggul hasil penelitian Batan.  Belum  diterima  dimasyarakat  juga  dikarenakan  belum  tersosialisasikannya  secara  maksimal  bahwa  hasil  varietas  benih  dari  BATAN  aman  untuk  digunakan.  Selain  itu  berkembang  stigma  di  masyarakat  bahwa  nulir  adalah  sesuatu  yang  menyeramkan  dan  membahayakan  padahal  nuklir  juga  menyimpan  sejuta  manfaat  jika  digunakan  tepat  pada  fungsinya.  Oleh  karena  itu  bisa  dikatakan  bahwa  respon  pasar  belum  sepenuhnya  positif  terhadap  penggunaan  teknologi  nuklir  untuk  sektor  pertanian.
Strategi  dimulai  dengan  pemuliaan  tanaman  merakit  varietas  unggul  baru  seuai  dengan  pengguna/  petani  dengan  menggunaan  enam  prisip  tepat.  Pengembangan  yang  dilakukan  secara  integral  melalui  optimalisasi  optimalisasi Sistem Perbenihan yang telah dibangun, yang meliputi Subsistem Penelitian, Pemuliaan dan Pelepasan Varietas; Subsistem Produksi dan Distribusi Benih; Subsistem Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih; serta Subsistem Penunjang (Kelembagaan, SDM dan Sarana Prasarana).
Dalam pelaksanaan pembangunan perbenihan, pada setiap subsistem tersebut melibatkan banyak institusi yang terkait yaitu pemerintah (Puslitbangtan, BATAN, Perguruan Tinggi, Direktorat Perbenihan, Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota, Balai Benih, BPSB TPH), dan stakeholder perbenihan yaitu produsen/penangkar benih, BUMN (PT Pertani dan PT Sang Hyang Seri), serta penyalur/pedagang benih dan petani pengguna benih. Peranan dari masing-masing kelembagaan perbenihan tersebut pada setiap subsistem perbenihan sangat menentukan keberhasilan pembangunan perbenihan, khususnya pada subsektor tanaman pangan. 
Memasok  benih  dengan  menggunakan  teknologi  nuklir  ke  perusahaan  adalah  salah  satu  strategi  agar  benih  tersebut  bisa  diterima  oleh  masyarakat.  Masyarakat  dalam  hal  ini  petani  lebih  percaya  membeli  dari  perusahaan  yang  sudah  dikenal  dan  dipercayai  sebelumnya  seperti  PT  Hyang  Seri,  PT  East  West  Seed  dan  lain  lain.  Selain  itu  BATAN  pun  harus  menjaga  hubungan  baik  dengan  para  kelompok  tani.  Yang  menggunakan  hasil  penelitian  dan  merasakan  manfaatnya  adalah  petani  maka  pendekatan  dengan  kelompok  tani  adalah  hal  yang  bisa  dilakukan  agar  dapat  diterima  oleh  masyarakat.  Mengedepankan  kebutuhan  petani  adalah  focus  hal  terpenting  , jika  industry  perbenihan  maju  maka  petani  akan  maju  begitu  juga  dengan  kebutuhan  pangan  masyarakat  yang  terpenuhi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar